Di bidang kesenian, Sumedang mempunyai kuda renggong yang sampai sekarang bisa dikatakan sebagai maskot Sumedang. Kesenian kuda renggong, merupakan daya tarik tersendiri sebagai pertunjukan tarian mereka. Kuda-kuda itu telah dilatih melakukan gerakan-gerakan tertentu, seiring dengan bunyi alat musik.
Cara melatih kuda renggong cukup unik. Setiap pagi dan sore hari, kuda dilatih dengan cara menahan tali kekang yang sudah dipasang. Dengan demikian, kepala kuda akan terbiasa berjalan mengangguk-angguk. Selain itu, pantat kuda dipukul berlahan-lahan, sehingga bila berjalan terbiasa bergoyang. Alhasil, saat musik dimainkan, kuda-kuda itu akan berjalan dengan kepala mengangguk, dan pantat bergoyang.
Pada mulanya, kesenian kuda renggong diiringi alat musik angklung, badud, dan ditambah dogdog yang biasa digunakan pada kesenian reog. Kini, alat musik tanji, gendang, terompet serta tanjidor juga ikut meramaikan suasana. Biasanya, kesenian kuda renggong digelar saat mengkhitankan anak. Sebelum dikhitan, anak tersebut dibawa keliling kampung, diikuti tetabuhan meriah dan nyanyian sinden.
Kecamatan Buahdua Sumedang, dikenal sebagai cikal-bakal munculnya kuda renggong. Sejalan dengan perkembangan kesenian kuda renggong, sekira 1970-an di Sumedang muncul sebutan kuda silat. Yang dimaksud dengan kuda silat adalah kuda renggong yang sudah dilatih gerakan-gerakan silat. Nama Engking dan Awan, disebut-sebut sebagai pelopor pelatih kuda silat.
Berkat latihan yang diberikan, kuda-kuda tersebut mampu melakukan gerakan kaki dengan cepat. Terkadang berdiri di atas kedua kaki belakang, duduk berselonjor, dsb. Semua pertunjukan kesenian yang disebutkan, pada dasarnya bisa menjadi salah satu pertunjukan bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Setelah lelah menyaksikan pertunjukan maupun objek wisata di Sumedang, wisatawan bisa melakukan perburuan cendera mata. Ada pusat kerajinan yang kaya dengan kerajinan ukir dari kayu serta tulang di Desa Cibeusi, Cipacing, Sayang dan Pamulihan.
0 komentar:
Posting Komentar